Monday, July 30, 2007

Bgaimana mungkin?

bagaimana mungkin kulukis mimpi buruk ini?
sedangkan engkau tak ada disisi ku
tuk menggenggam tangan kanan
yang kehilangan tenaga ini.

bagaimana mungkin kulukis perasa'an kita berdua

Dalam sebuah kanvas yang putih?
sedangkan kuas kasihku
t'lah engkau bawa keseberang laut entah kemana
bersama seseorang
yang t'lah membuat perasa'anmu berubah…!

"bagaimana mungkin?"

Sunday, July 29, 2007

Pentingnya kekompakan klwarga



haloooo guys jumpa lagi nieh dengan akou,dengerin ya aku mau cerita dikit nieh tentang my family,yang ada di samping nih foto2 my brothers and sister,bicara soal mereka oh sangat penting bagi gua soalnya brother tuh ibarat second life aku soalnya dia bisa dukung aku and kasih semangat aku dan juga dalam suatu klwarga hubungan antara adik dan ka2 tentunya harus di jaga biar ke depanya kita bisa bekerja sama dalam sebuah tiem klwarga yang solid.dalam sebuah klwarga selain sie ka2 adik juga menjadi salah satu penerus dalam sebuah kluarga makanya keakrapan and lain2 harus di jaga dg sebaik2 nya.rasanya indah banget kalo aku and adix2ku lagi ngumpul wah itu menandakan kesolitan sebuah tiem.jadi ya harus di pertahankan gtu.ibarat sebak bola gitu semangkin kompak team itu semakin bisa melibas lawan2nya,begitupun juga dalam suatu klwarga.makanya buat kamu2 yang punya brothers an sisters jagain dia and di2k dia and jangan lupa kebersama'an.jangan ribut aja,wah jadi inget adix2 gua nieh.

Belajar untuk merelakan


Ayah dan Ibu sedang berkumpul di ruang tengah bersama dengan Paman Ali dan Bibi Fathimah. Kemarin pagi mereka baru datang dari Jakarta untuk berlibur. Sementara Faris, putera paman dan bibi, sedang asyik bermain bongkar pasang balok di lantai.
“Faris kok bermain sendiri. Mas Hasan di mana?” tanya paman Ali kepada Faris yang sedang asyik bermain. “Di kamar, Yah. Tadi Faris ngajak mas main bareng, tapi mas nggak mau,” jawab Faris.
Ayah Ibu langsung berpandangan, lalu tersenyum. Mereka sudah tahu kenapa Hasan tidak mau bermain dengan Faris. Apalagi kalau bukan karena dia tidak mau merelakan barang-barang mainannya dipakai juga oleh Faris....
Dan memang benar, di dalam kamar Hasan tampak sedang duduk termenung dengan wajah cemberut. Sejak Faris datang bersama kedua orang tuanya, dia jadi senang mengurung seorang diri.
“Hasan lagi ngapain?” Tiba-tiba ayah sudah berdiri di pintu kamar Hasan yang terbuka. “Kenapa tidak keluar, bermain-main dengan Dik Faris?”
“Hasan nggak suka sama Dik Faris. Mainan bongkar pasang balok punya Hasan dipakai sama dia,” jawab Hasan bersungut-sungut.
Kan dipinjam. Nanti juga dikembalikan. Lagian mainan Hasan yang lainnya masih banyak.” bujuk ayah.
Hasan segera berdiri. Dia benar-benar kesal. “Kenapa sih, Dik Faris tidak bawa mainan sendiri. Jadinya kan tidak usah pakai mainan punya Hasan. Nanti rusak!”
Melihat sikap Hasan yang sewot begitu, ayah mendekatinya sambil berkata pelan: “Ya, sudah. Nanti Hasan tanya sendiri ke Dik Faris. Kebetulan dia sedang main di depan TV. Yuk, kita temui dia,” ajak ayah.
“Nggak mau!” jawab Hasan ketus.
“Baiklah kalau sekarang nggak mau,” kata ayah sambil duduk di tempat tidur. “Tapi besok pagi Hasan jangan sewot begini, ya. Apalagi sama Dik Faris. Dia nggak bermaksud merusak mainan Hasan kok.” Hasan tetap manyun. “Bagaimana kalau suatu saat nanti Hasan yang berkunjung ke tempat Dik Faris? Kan juga bakal pinjam mainan Dik Faris,” tanya ayah kemudian.
“Nggak,” jawab Hasan cepat. “Hasan mau bawa mainan sendiri.”
“Tentu merepotkan. Kita harus bawa persediaan baju, obat-obatan, dan oleh-oleh. Bawa mainan itu butuh tempat tersendiri. Terus nanti dibawa pulang lagi. Bisa-bisa malah rusak di jalan. Sayang kan?” jelas ayah. “Hasan mau mainannya rusak?” tanya ayah. Hasan menggeleng. “Begitu juga dengan Dik Faris. Jadi, untuk sementara pinjam kan nggak apa-apa.”
“Tapi kalau Dik Faris bikin rusak mainan Hasan?” tanya Hasan tiba-tiba.
“Kalau Hasan sudah berbuat baik, mau meminjamkan mainan apalagi mau menemani main bersama, masak Dik Faris akan berbuat jahat, merusak mainan punya Hasan. Tentu tidak, kan?"
Hasan terdiam, tangannya asyik bermain dengan ujung selimut. “Hasan anak baik. Pasti mau dong berbagi dengan Dik Faris. Cuma meminjamkan aja kok. Dik Faris nggak bakalan merampasnya. Kalau Dik Faris mau balik ke jakarta, nanti juga dikembalikan.”
Perlahan ayah berdiri, sambil bertanya, "Nah, sekarang, Hasan mau ikut berkumpul di ruang tengah atau mau tetap di kamar?”
“Hasan mau tidur,” jawab Hasan singkat.
Pagi harinya, Hasan melihat Faris sedang asyik dengan mainan bongkar pasang baloknya. Dengan tekun balok-balok itu disusunnya menjadi seperti gedung bertingkat.
Tapi kemudian, gedung balok yang sudah sempurna itu dibongkarnya kembali. Dia termenung menatap balok-balok yang berserakan. Sepertinya, Faris tidak tahu balok-balok itu harus disusun menjadi apa lagi. Dia mulai bosan. Tapi dia sama sekali tidak membanting-banting atau melempar-lemparkan balok-balok itu, sehingga nantinya akan rusak.
“Mas Hasan punya mainan yang lain nggak?” tanya Faris ketika Hasan berjalan mendekat. Hasan tidak langsung menjawab. Kasihan juga Faris, sejak kemarin dia hanya bermain dengan mainan itu. Karena Hasan memang sengaja menyembunyikan seluruh barang-barang mainannya, agar tidak dipinjam sama Faris.
“Tapi, dik Faris cuma pinjam ya. Nanti harus dikembalikan dan nggak boleh rusak,” kata Hasan mengingatkan.
“Iya. Faris janji.”
“Ayo ikut mas ke gudang, Di sana masih ada banyak mainan,” ajak Hasan sambil menarik tangan Faris.
“Kita mau main apa, Mas,” tanya Faris.
“Kita main perang-perangan aja, ya. Pasti seru!” jawab Hasan. Wajahnya sekarang terlihat bahagia, tidak cemberut lagi.
Tak berapa lama, di halaman belakang, Hasan dan Faris tampak sedang asyik main perang-perangan. Hasan memegang pistol-pistolan dengan topi koboinya. Sementara Faris, tangan kanannya menggenggam sebilah pedang-pedangan dengan perisai di tangan kirinya. “Dor…dor…dor..,” teriak Hasan. “Ciat…ciat…ciat!” teriak Faris. Menyenangkan sekali bukan? Coba kalau Hasan tidak mau berbagi meminjamkan mainanannya ke Faris. Tentu dia hanya bisa cemberut dan tidak sebahagia sekarang

Check out my SkinFlix!

Check out my Slide Show!

Saturday, July 28, 2007

gue banget.........!!!

Engkau terlalu berharga


engkau terlalu berharga
tuk dicampakkan,
oleh sebab itu
engkau pun terlalu berharga
tuk kudapatkan...

kar'na engkau terlalu berharga,
maka kini hati berserta seluruh jiwaku pun tersayat
oleh pisau-pisau hargamu...
yang selalu saja menagih kesucian perasa'anku...!!!

Pandangan seorang lelaki



Banyak wanita yang gagal bercinta hanya karena soal sepele: cowo'nya-kurang sempurna. Padahal, kalau prianya sempurna, apa lagi yang dapat wanita itu lakukan? Di sinilah letak kebodohan sebagiyan banyak wanita, memandang pacaran atau pernikahan sebagai kebutuhan semua orang, bukan pribadi, hanya lifestyle yang bisa dipamerkan: dan menolak ketidaksempurnaan. Nobody's perfect, tak ada orang yang sempurna. Ungkapan itu bukan hanya digunakan sebagai pepatah dalam buku tentang cinta atau judul sebuah novel, melainkan harus dapat menjadi pandangan hidup si perempuan untuk memahami kelemahan orang lain. Termasuk calon pasangan hidup si prempuan. Arti maupun realitas ungkapan nobody's perfect ini sangat tepat untuk mengingatkan setiap manusia agar selalu bersikap wajar,jangan berlebihan, apa adanya, dan menerima orang lain seadanya. Pepatah itu sangat berarti untuk menggambarkan bahwa tak ada manusia di muka bumi ini yang diciptakan sempurna. Begitu juga untuk urusan cinta. Misalkan saja dalam memilih pasangan. Janganlah terlalu tinggi menetapkan kriteria calon pasangan maupun pendamping hidup si perempuan kelak. Hal utama yang harus dilihat baik-baik justru diri sendiri. Sudah seperti apa diri si perempuan sekarang? Makin baikkah? Atau malah kian tak karuan?

Jangan menuntut orang lain sempurna jika Anda tak dapat menyempurnakan diri sendiri. Misalnya saja ada seorang wanita yang menyukai seorang pemuda, tapi karena faktor fisik --yaitu ia tak tampan dan clever (pinter), seperti imaji lelaki dalam alam bawah sadarnya, lalu usahanya untuk berkenalan atau menumbuhkan kasih sayang, dihindari bahkan ditolak. Sekarang ini banyak kaum perempuan yang berusaha mendapatkan pasangan dengan tingkat intelegensinya maupun materinya tak terpaut terlalu jauh. Jangan begitu! Memang wajar jika semua pihak menginginkan yang terbaik untuk mereka, apalagi untuk masa depan. Wajar saja jika selektif memilih pasangan, malah wajib dilakukan agar tak salah pilih dan menyesal di kemudian hari. Pertama kali yang harus ditanyakan adalah hati kecil si perempuan sendiri. Kedua, jangan sekali-kali tidak jujur pada diri sendiri. Ketiga, langsung saja tanyakan hal-hal berikut ini: setiap orang pasti menginginkan pasangannya mempunyai penampilan fisik bagus. Paras yang tampan-pinter, bentuk badan yg bagus dan kaya mungkin kali ya he2. Tapi tanyakan dalam hati, apakah dia benar-benar kriteria pasanganmua? Jika hatimu menginginkan orang yang biasa saja dalam berpenampilan, dan merasa lebih nyaman dengan itu, kenapa harus memaksakan diri dengan hal-hal seperti itu? Ingat, memiliki pacar, kekasih, atau suami, kebutuhan pribadi, bukan kebutuhan orang lain, yang menyangkut gaya hidup. Karena kebutuhan pribadi, Anda yang paling tahu siapa yang Anda inginkan. Bukan orang lain, orang tua atau teman Anda. Lalu, jangan lupa melihat bagaimana si dia memberikan perhatian dan bagaimana caranya mengekspresikan perasaannya. Karena kalau dia 100 kali dalam sehari bilang "sayang" padamu tapi tidak pernah membuktikannya, apalah artinya rayuannya itu kalau bukan sekadar gombal mukiyo belaka? Yang lainnya adalah memperhatikan bagaimana cara dia berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang-orang di sekitarnya. Apakah dia tipe penyendiri, atau orang yang gemar berinteraksi dengan banyak orang? Lantas si perempuna sendiri suka dengan tipe yang bagaimana? Jangan lupa memperhatikan kepintaran and Latar belakang pendidikan, kemauan belajar, kemampuan menganalisa, dan tingkat kreativitasnya. Yang Anda inginkan yang standar dan biasa-biasa saja, atau si pintar-jenius? prinsip. Memang ini merupakan hal yang sangat prinsipil untuk sebagian besar orang. Bila percayai bahwa perbedaan prinsip akan menimbulkan banyak persoalan di kelak kemudian hari, jangan biarkan kesempatan untuk menerima yang tak satu prinsip mungkin gtu kali ya. Bahkan, jika satu prinsip pun, pilihlah yang mempunyai tingkat pemikiran yang melebihi si perempuan.. Hal lain adalah komunikasi. Hal ini sangat rentan dalam suatu hubungan. Perhatikan selalu bagaimana bentuk komunikasi yang telah terjalin selama berkenalan dengan dia. Apakah nyambung atau mesti sering mengulang pembicaraan agar dia mengerti arah pembicaraan aliyas gak connect babar blas? Harus juga diperhatikan kondisi pekerjaan dan sisi finansialnya. Jangan menyebutkan diri seorang materialistis untuk hal ini. setiap manusia perlu materi, kan? Temukan sisi maupun tingkat kedewasaannya. Lihat bagaimana dia menghadapi semua kegiatannya, lihat juga bagaimana caranya menyelesaikan masalah, bagaimana caranya berinteraksi dengan rekan-rekannya. Jangan sampai dia mempunyai kedewasaan yang tak seimbang denganmu karena salah satu pihak akan merugi nanti! Kecuali jika salah satu dari kalian bertindak sebagai nuwe'i. Lainnya adalah keterbukaan soal permasalahan. Hal ini perlu perhatikan dengan baik, nyatanya tak sedikit pasangan yang akhirnya memutuskan berpisah karena problem. Padahal hal ini tak perlu terjadi jika kedua belah pihak saling terbuka. Akan tetapi semua berbalik pada diri masing-masing. Apakah Anda lebih suka pasangan yang berpengalaman soal memberi solusi suatu masalah, atau justru buta sama sekali belaga bodoh, apakah si perempuan merupakan seorang yang menganggap permasalahan tak perlu didiskusikan, dan hanya perlu di omongkan saja ?

Terakhir adalah punya hobi dan minat sama. jika punya hobi dan minat sama, tak tertutup kemungkinan hal ini akan makin mendekatkan antara laki dan cewek. Sebaliknya jika hobi dan minat terpaut terlalu beda jelas akan menjauhkan masing-masing pihak. Wah, rumit ya?emang enak pacaran, Tidak, kok, karena semua itu dapat dikembalikan ke pertanyaan pertama: tanyakanlah pada hati kecil Anda, karena hati

Andalah hakim yang paling baik. Iya, kan? Hehehe333

( Celoteh rif'an )

Sory ya saya kaya'nya agak gimana gtu memandang wanita.kaya'nya gak enak banget di baca,tapi mau gimana lagi memang ungkapan ku terhadap wanita seperti itu.ya mungkin tidak semua wanita sukanya milih ada yg berdasarkan materi dll,ya itu cukup she,oh ya sory banget ya buat kaum hawa.saya terinspirasi dari buku……….?yg mana saya jadi inget pengalaman pribadi.so agak emosi gtu.tapi saya tidak bermaksut memandang perempuwan dari segi negativnnya aja.beneran deh.rodok mbulet tulisane.pko'e seng eneng nang pikiranku yo tak tulis.hehehe